Perpisahan kelas IX tahun 2010/2011
Kamis, 12 Mei 2010
Sejak jam enam pagi, sembilan buah bus sudah berbaris rapih di pinggir jalan komsen, beberapa kendaraan lain juga ikut memadati rombongan itu. Terlihat beberapa orang berdiri di dekat bus, menunggui keberangkatan bus-bus itu. Ada juga beberapa anak yang keluar masuk bus, entah mencari angin atau pun sekadar berbincang-bincang. Kelas 9 di sekolahku mempunyai 9 kelas, masing-masing kelas mendapatkan jatah 1 bus, maka aku masuk ke dalam bus 1 , bus itu ditempeli kertas bertuliskan: Bus 1 SMPN 9 Bekasi. Begitu juga dengan bus-bus lainnya. Anak-anak dengan seragam putih-biru terlihat sudah duduk di dalam bus masing-masing. Jam setengah 7 atau bahkan jam 6 lebih, anak-anak kelas 9-1 sudah berkumpul semua di dalam Bus 1, kami menghabiskan waktu untuk menunggu keberangkatan dengan mengobrol dan bercanda. Sampai sebelum keberangkatan, Tasya disertai banyak kamera digital di tangannya, mengambil foto-foto anak di bus, begitu juga dengan beberapa anak yang lain pun ikut mengambil foto.
Tak lama, wali kelas kami, Bu Hani Rohimah bersama Bu Sri (guru bahasa sunda) naik ke dalam bus, Pak Ridwan beserta seorang bapak juga ikut naik dan mengambil tempat. Kami yang tadi mulai gaduh, duduk manis di tempat masing-masing karena kami tahu satu hal, kami akan segera berangkat. Ibunya Budi juga sudah duduk, sempat kudengar pembicaraan dari ibu dan anak itu bahwa ibunya Agil juga akan ikut. Beberapa lama, bus kami benar-benar akan berangkat. Ibunya Agil sudah duduk, pemandu travel yang kami gunakan, Dewi Sri Pariwisata juga sudah masuk begitu juga dengan Pak Supir. Mesin bus sudah dinyalakan, bus kami melaju pelan, KAMI BERANGKAT. Untuk memikirkan hal ini, perasaanku sedikit berdebar. Ini merupakan acara pelepasan sekaligus perpisahan kelas 9, bisa dibilang sebagai waktu terakhirku di SMP. Kurang lebih jam 7:20 kami baru masuk tol. Beginilah kira-kira posisi duduk di dalam bus saat berangkat:
Tak lama, wali kelas kami, Bu Hani Rohimah bersama Bu Sri (guru bahasa sunda) naik ke dalam bus, Pak Ridwan beserta seorang bapak juga ikut naik dan mengambil tempat. Kami yang tadi mulai gaduh, duduk manis di tempat masing-masing karena kami tahu satu hal, kami akan segera berangkat. Ibunya Budi juga sudah duduk, sempat kudengar pembicaraan dari ibu dan anak itu bahwa ibunya Agil juga akan ikut. Beberapa lama, bus kami benar-benar akan berangkat. Ibunya Agil sudah duduk, pemandu travel yang kami gunakan, Dewi Sri Pariwisata juga sudah masuk begitu juga dengan Pak Supir. Mesin bus sudah dinyalakan, bus kami melaju pelan, KAMI BERANGKAT. Untuk memikirkan hal ini, perasaanku sedikit berdebar. Ini merupakan acara pelepasan sekaligus perpisahan kelas 9, bisa dibilang sebagai waktu terakhirku di SMP. Kurang lebih jam 7:20 kami baru masuk tol. Beginilah kira-kira posisi duduk di dalam bus saat berangkat:
beginilah kira-kira posisinya kalo menurut foto yg diambil dari depan :P
Pemandu itu memperkenalkan dirinya, Marissa H dan Pak Supir yang bernama Kurniawan. Selama perjalanan kami berceloteh-celoteh bawel, bercanda dan bercanda. Mbak Marissa itu juga mengobrol macam-macam, menimbrungi pembicaraan kami. Lalu kami dibagikan makanan. Perjalanan selama di tol cukup menyenangkan, berbagai lagu diputar, kebanyakan lagu galau. Beberapa anak memakai headphone, beberapa juga membuka cemilan yang mereka bawa dari rumah masing-masing dan membagi-bagi. Aditya Rahman dengan pedenya mengobralkan kenarsisan dan kegantengan yang menurutnya dia miliki itu -____-. Begitu juga dengan ical yang memakai pin Manchester United, mereka sama-sama memakai kemeja untuk luaran seragam loh. Tapi kami tentu menghabiskan waktu dengan ceria. Saat hampir tiba di Bandung , Budi menunjuk ke arah pesawat yang diam mengambang di langit tak bergerak yang sudah jaauuuuuuhh kami lewati. Sedikit dibuat heboh, tapi setelah melihat ada benda yang sama lagi dan diperhatikan dengan baik, itu cuma balon -__-. Haha, beberapa hanya kaget. Tiba di Bandung kira-kira jam 9, tapi kami masih harus menempuh perjalanan lagi ke tempat ceremonial. Anak-anak saling berbincang di bangkunya masing-masing. Ada yang mengobrol dengan teman sebangku, ada yang dengan teman didepan atau di belakangnya, ada juga dengan teman yang berada di samping. Bahkan ada juga yang hanya melihat ke jendela, memandangi agungnya ciptaan Allah.
Tiba-tiba terdengar suara mikrofon dari mbak Marissa yang mengatakan bahwa 20 menit lagi kami akan sampai. Dan pada akhirnya bus kami tiba di tempat yang dituju, bus-bus lain kelihatannya sudah sampai lebih dulu. Kami semua turun dan menurui tangga batu yang cukup panjang. Setelah itu kami berjalan turun lagi dan mengikuti anak-anak kelas lain yang sudah sampai di tempat yang berisi bangku-bangku dan meja berderet yang terbagi-bagi dan juga meja dengan makanan-makanan yang siap dihidangkan. Agak lama, semua anak dengan seragam putih-biru berkumpul dan duduk di bangku masing-masing – walau beberapa ada yang sibuk berlalu lalang untuk menyiapkan acara. Auditorium terbuka itu dipenuhi anak-anak berseragam putih biru yang memakai sweater ataupun jaket yang seragam sesuai kelas masing-masing. Ada yang berwarna biru, merah, abu-abu, hitam yang masing-masing berlogo nama kelas masing-masing. Disana, aku duduk bersama Tasya, Ghina, Dina, Fathiyyah, Lulu, Atri, dan juga Fira. 1 meja terdiri dari 2 bangku panjang sehingga posisi kami saling berhadapan. Acara pun dimulai dengan bacaan ayat Al-Qur’an dari Mila, kelas 9-3 lalu Danti(9-2) dengan pidato bahasa inggrisnya. Setelah itu, juga ada sambutan-sambutan dari WOTK dan juga Kepala Sekolah. Lalu dimulailah penampilan-penampilan dari masing-masing kelas. Penampilan pertama dari kelas 9-3, yang membawakan lagu dari grup band luar Maroon 5 dengan paduan suara dan iringan musik. Beberapa orang berdiri atau pun maju ke depan untuk merekam atau pun mengambil gambar. Setelah itu, ada juga penampilan dari kelas-kelas lain.
Acara ceremonial pun berlangsung, suasana menjadi khidmat ditambah iringan musik yang mendukung. 2 anak yang sudah dipilih sebelumnya, lelakuidan perempuan dipanggil ke atas panggung yang kecil itu untuk acara pelepasan bet sekolah sebagai tanda bahwa kami bukan lagi murid SMPN 9 Bekasi. Banyak anak yang maju ke depan untuk melihat acara pelepasan bet itu, sekeliling panggung pun mulai sesak. Aku juga ikut maju ke depan untuk melihat acara itu bersama Tasya dan juga Riri, namun saat menengok ke belakang aku sempat melihat Ibunya Budi yang mencari jalan untuk maju ke depan yang sudah dipenuhi orang, pasti untuk melihat ataupun mengambil gambar anaknya itu yang sedang dilepas betnya. Selesai itu, burung merpati siap dilepaskan oleh kepala sekolah, sebuah simbolis pelepasan kami (murid-muridnya) untuk pergi ke dunia yang luas sana dan menimba ilmu. Dari mikrofon aku sempat mendengar kepala sekolah mengatakan kalau burungnya susah terbang, tetapi aku tidak tahu burungnya terbang atau tidak, keadaan yang ramai dan terhalangi orang-orang membuatku tak sempat melihat kejadian itu.
Tiba-tiba, kami yang duduk di dekat jalan menuju toilet disuruh pindah ke bangku dekat panggung, tak tahu kenapa tapi mungkin karena disitu lebih dekat dengan meja tempat makanan dimana kami semestinya. Anak-anak mulai mengantri mengambil makanan, begitu menaruh tas di bangku, aku bersama teman-teman yang lain pun ikut mengantri mengambil makanan karena suara di mikrofon menyuruh kami makan. Saat sedang memegang piring dan juga sendok garpu, aku mendengar kalau saat itu adalah penampilan dari kelas 9-1. aku kaget, sedangkan Sunu yang berada di belakangku bersama Tasya sudah menghilang, kata Tasya tadi dia sudah buru-buru kesana. Saat sedang mengambil makanan, aku bisa melihat dengan jelas Sunu dan Raka yang sudah memegang gitar dan juga Reza yang siap menyanyi. Mereka membawakan lagu dari Bang Bruno Mars. Setelah mengambil makanan, kami duduk di bangku dan mulai melahap makanan masing-masing. Sedang Tasya, membiarkan makanannya dan melihat aksi permainan gitar dari Sunu, dasar -_- :p. Selesai lagu itu habis, pembawa acara mengatakan bahwa sekarang giliran dance dari Netoatix, kelas 9-2. Anak-anak kelas 9-2 yang lainnya mulai maju ke depan, memberi semangat dan juga mengambil foto atau merekam. Namun, entah di tengah atau di hampir selesai dance, musik berhenti. Sebenarnya bukan saja musik, tapi semua perlengkapan audio system nya. Listrik mati? Bukan. Aku cuma bingung, apalagi ternyata banyak anak yang sudah meninggalkan tempat setelah itu, kami yang juga sudah selesai makan pun ikut meninggalkan tempat, dan terlihat banyak orang, entah rombongan dari mana yang sudah masuk ke dalam tempat itu mengantri makanan. Kami keluar dengan sedikit susah, lalu mengambil kupon penukaran dengan jus strawberry. Belakangan, aku tahu bahwa pada saat itu waktu penyewaan sekolah kami sudah habis, kami memang ngaret saat berangkat tadi, karena harusnya jam 6.
Setelah cukup lama berfoto-foto, bersama wali kelas kami juga, Bu Hani, kami pun – tanpa Bu Hani mulai turun bersama-sama. Beberapa ada yang melewati area outbond untuk turun yang ternyata untuk usia maksimal 10 tahun. Haha, kami melihat plang tanda itu setelah turun. Kami hanya berjalan-jalan tak jelas, lalu mulai pergi ke toilet umum untuk mengganti seragam kami dengan kaos seragam yang kami miliki, kaos abu-abu dengan tulisan Dominion di bagian punggung. Kami pun mulai kembali ke bus, siap berangkat untuk ke Sari Ater. Setelah satu persatu dari kami dipanggil namanya atau diabsen lagi, bus pun melaju mengikuti bus-bus lain yang sudah berangkat duluan. Saat itu kira-kira pukul setengah 2.
Kami melewati jalanan curam yang berliku-liku, beberapa anak perempuan dengan gilanya mengangkat tangan mereka dan berteriak seru saat merasakan sensasi di waktu berbelok. Tapi mereka pun mulai diam, saat melewati tanjakan, bus kami sempat diam untuk berusaha naik, semua pun mulai beralih dengan berdo’a. Saat masuk ke gerbang menuju Sari Ater, mbak Marissa memperingati kami bahwa kami harus kembali ke bus pada jam setengah 4 agar bisa ke Cihampelas setelah itu. Kami pun turun, dan berjalan agak jauh menuju tepat wisata itu. Di tempat masuk, sudah ada mbak Marissa dan seorang temannya memberikan kami karcis masuk. Lalu kami berbaris untuk diambil karcisnya lalu masuk. Disana aku mengikuti Reno berjalan, aku tak melihat teman-teman yang lainnya. Maka, aku, Reno, bersama beberapa anak lelaku yang lainnya pun menyusuri jalan tanpa tahu untuk apa, sekadar berjalan-jalan, kami sempat melihat Pak Namat (guru ROHIS) sudah berendam di air panas yang terkenal dari tempat ini. Akhirnya kami sampai di sebuah gedung, sebuah wisata untuk mengunjungi rumah hantu ataupun 4D. Beberapa anak yang bersamaku dan Reno tadi membeli karcisnya dan masuk bersama anak laki-laki kelas 9-3, sedang yang lainnya aku dan juga Reno, kami berjalan-jalan lagi. Di jalan ini kami mulai berpencar-pencar, aku juga sempat bertemu Ulayya, Sadha, Yessi, Putri dan lain-lain tapi aku dan Reno pun meneruskan jalan sampai ke sebuah mesjid. Disana anak-anak 9-1 baru selesai sholat. Aku pun meminta Reno untuk menunggu dan segera sholat dan menjamak untuk nanti. Setelah sholat, Rizka, Ayu, Ica, Putri dan yang lain-lain ternyata ikut menunggu. Yang lain, Tasya, Atri, dan kawan-kawan pergi untuk outbond ke atas. Maka kami berjalan bersama ke arah wisata Rumah Hantu tadi, tapi di tengah jalan Reno bergabung dengan Asfi(9-3) dan beberapa teman lainnya. Saat dekat dengan pembelian tiket rumah hantu, kami juga bertemu Raka dan yang lainnya, ada juga anak-anak kelas 9-2 yang mau menonton 4D. Maka, aku, Rizka, Ayu, Ica, Upi, Putri, Devi, Eta, Della, Uci, Fiya, Raka, dan juga Aditya Putra masuk bersama.
Walaupun bergilir, 5 orang-5 orang. Aku berada di yang paling terakhir, di depanku ada Rizka. Upi, Ica dan yang lainnya mulai berteriak-teriak heboh, berisik sekali. Aku juga ikut-ikut teriak, ”Woiiii.. gue paling belakang nih”. Maka jadilah berisik saat itu, kami berjalan melewati rumah dengan suasana yan dibuat seram, disertai hiasan-hiasan hantu di sekelilingnya. Sarang laba-laba imitasi yang menggantung di depan mata dalam keadaan gelap itu membuat kaget. Di tengah perjalanan, kami semua kembali berkumpul bersama, bersama rombongan yang didepan juga. Semua kembali berteriak-teriak, lalu aku dan Rizka juga heboh dengan teriakan, ”Ada apaan sih?” ”Woiii.. diem!!” ”Woi, gue dibelakang nih”. Lalu kami yan berjalan beriringan pun akhirnya keluar dan selesai dari rumah wisata itu, terlihat anak-anak kelasa 9-2 juga sudah selesai menonton 4D. Saat itu sudah jam empat lewat, maka kami bergegas keluar untuk kembali ke bus. Kami melewati tanjakan-tanjakan yang melelahkan, berteriak menyemangati diri masing-masing. Terlihat juga, rombongan sekolah kami sudah mulai keluar darai daerah ini. Di depan pintu keluar, kami diminta berfoto rombongan dan setelah itu berlarilah aku dan Fitriah ke bus, kami kabur dari Rizka (karena apa ya), tetapi malah kebingungan mana bus kami, haha. Apalagi saat mau masuk ke dalam bus ternyata ada orang yang tak kami kenal, yang ternyata adalah penjual jajanan. Penjual-penjual itu ramai naik ke dalam bus kami, menawarkan dagangannya akan laku. Ya, beberapa ada yang sedikit memaksa. Begitulah kalau menjual harus pintar berbicara dan juga kalau membeli harus pintar.
Walaupun bergilir, 5 orang-5 orang. Aku berada di yang paling terakhir, di depanku ada Rizka. Upi, Ica dan yang lainnya mulai berteriak-teriak heboh, berisik sekali. Aku juga ikut-ikut teriak, ”Woiiii.. gue paling belakang nih”. Maka jadilah berisik saat itu, kami berjalan melewati rumah dengan suasana yan dibuat seram, disertai hiasan-hiasan hantu di sekelilingnya. Sarang laba-laba imitasi yang menggantung di depan mata dalam keadaan gelap itu membuat kaget. Di tengah perjalanan, kami semua kembali berkumpul bersama, bersama rombongan yang didepan juga. Semua kembali berteriak-teriak, lalu aku dan Rizka juga heboh dengan teriakan, ”Ada apaan sih?” ”Woiii.. diem!!” ”Woi, gue dibelakang nih”. Lalu kami yan berjalan beriringan pun akhirnya keluar dan selesai dari rumah wisata itu, terlihat anak-anak kelasa 9-2 juga sudah selesai menonton 4D. Saat itu sudah jam empat lewat, maka kami bergegas keluar untuk kembali ke bus. Kami melewati tanjakan-tanjakan yang melelahkan, berteriak menyemangati diri masing-masing. Terlihat juga, rombongan sekolah kami sudah mulai keluar darai daerah ini. Di depan pintu keluar, kami diminta berfoto rombongan dan setelah itu berlarilah aku dan Fitriah ke bus, kami kabur dari Rizka (karena apa ya), tetapi malah kebingungan mana bus kami, haha. Apalagi saat mau masuk ke dalam bus ternyata ada orang yang tak kami kenal, yang ternyata adalah penjual jajanan. Penjual-penjual itu ramai naik ke dalam bus kami, menawarkan dagangannya akan laku. Ya, beberapa ada yang sedikit memaksa. Begitulah kalau menjual harus pintar berbicara dan juga kalau membeli harus pintar.
Setelah cukup lama,a khirnya bus kami berangkat juga. Menuju tol, tapi mampir dulu juga ke Cihampelas. Saat itu hampir maghrib, kami semua turun dan mulai berjalan-jalan, membeli barang untuk oleh-oleh yang berada di jalanan depan FO. Sedangkan Budi dan Agil yang pergi bersama ibu mereka belanja ke dalam FO itu. Sampai tak terasa kami sudah berjalan jauh, mencoba menawar-nawar harga untuk membeli barang, ternyata langit sudah hitam saja. Cukup lama kami diberikan waktu, anak-anak mulai kembali ke busnya masing-masing, lalu bus kami berangkat, untuk pulang.
Kami dibagikan nasi kotak, untuk makan malam di bus. Sebagian besar sudah pada letih untuk hari ini, tetapi sebagian berkata tak mau menyiakan waktu bersama ini. Reno, Sunu, dan Raka mulai bermain gitar, beberapa dari kami ikut menyanyi. Atri juga sempat memainkan gitar. Sampai akhirnya, secara tiba-tiba Raka memainkan lagu Bunda dengan gitarnya, kami semua ikut bernyanyi. Ayu (wakil ketua kelas) bersama beberapa anak yang lain pun mulai mengomando dan mengatakan bahwa lagu ini kami persembahkan untuk Bu Hani, wali kelas kita. Namun Bu Hani yang duduk di belakang sopir itu terlihat diam, entah tidur entah apa. Sialnya lagi, saat kami belum habis menyanyikan lagunya, mbak Marissa menyalakan mikrofonnya, kupikir untuk apa, ternyata dikatakan bahwa kami akan diberi waktu istirahat 15 menit lagi untuk sekadar buang air atau apa sebelum melanjutkan perjalanan tol ke Bekasi, Jatiasih. Dengan sedikit kecewa, kami pun turun dan pergi ke toilet, beberapa membeli minuman, dan bernincang-bincang sebelum bus berangkat. Ayu dan Reno pun pergi menemui pemandu travel di bus kami untuk meminta izin meminjam mikrofon.
Waktu habis, masing-masing anak saling berpindah tempat. Fitriah, Raka dan Sunu pindah ke depan, Atri dan Fandhi pindah ke belakang. Bu Hani menanyakan apakah kami semua sudah berkumpul dengan tersenyum, rasanya bahagia sekali. Setelah semua dipastikan ada, bus kembali ke tol, Mbak Marissa mengatakan, ”ini mikrofonnya tadi siapa yang mau pinjam”, dengan suaranya yang sudah hampir habis itu. Kami bersahut-sahutan mengatakan nanti saja, bentar.. hingga akhirnya, karena tak mau keburu sampai di Bekasi, mikrofonnya diambil Dina, lalu Ayu berkata, ”Lagu ini, kami persembahkan khusus untuk wali kelas kami, Bu Hani”. Raka yang sudah siap berdiri, memetik gitarnya, suasana sedikit haru, lalu kami pun beramai-ramai menyanyikan lagu Bunda.
”Kubuka album biru, penuh debu dan usang.. kupandangi semua gambar diri, kecil bersih belum ternoda”
Fathiyyah pun mengirinya dengan puisi yang ia buat sendiri. Keadaan semakain haru, kami mulai khidmat. Namun Bu Hani tak menampakkan wajahnya ke belakang, kami tak tahu ekspresinya. Saat lagu berakhir, Ayu pun berkata dengan mikrofon, ”Makasih Bu Hani, we love you”. Maka kami pun bersahut-sahutan mengatakan hal yang sama. Ini merupakan wujud terimakasih dan juga rasa maaf kami untuk Bu Hani, yang sudah bersabar diri dengan kenakalan-kenakalan dan juga nilai-nilai menurun yang kami dapat. Bu Hani hanya melambaikan tangannya, tetapi tetap tidak menunjukkan wajahnya. Semoga saja Bu Hani mengerti apa maksud kami. Kami melanjutkan suasana dengan lagu seru lain untuk menghidupkan suasana yang lebih ceria. Raka, Dina dan juga Fira mulai bernarsis dengan topi yang baru dibeli Raka, Reno, Sunu.
Kami menghabiskan waktu dengan sedikit bercanda, hingga banyak yang kelelahan. Jam 10 kami sudah berada di Jatiasih, setelah turun bus dan salim, kami pun pulang, menunggu jemputan orangtua masing-masing,. Hari itu telah berakhir, dengan lelah dan juga rasa puas, aku berharap bahwa ini akan menjadi kenangan tak terlupakan bagi kami semua. Terimakasih sekolahku, guru-guruku, dan juga teman-temanku semua.... Maaf bila telah merepotkan, sekali lagi terimakasih sudah menjadi lingkungan dalam tumbuh kembangku selama 3 tahun ini, I won’t forget you.
Kami menghabiskan waktu dengan sedikit bercanda, hingga banyak yang kelelahan. Jam 10 kami sudah berada di Jatiasih, setelah turun bus dan salim, kami pun pulang, menunggu jemputan orangtua masing-masing,. Hari itu telah berakhir, dengan lelah dan juga rasa puas, aku berharap bahwa ini akan menjadi kenangan tak terlupakan bagi kami semua. Terimakasih sekolahku, guru-guruku, dan juga teman-temanku semua.... Maaf bila telah merepotkan, sekali lagi terimakasih sudah menjadi lingkungan dalam tumbuh kembangku selama 3 tahun ini, I won’t forget you.









weew,,asik perpisahannya cid,,,
BalasHapusAku envy dah :'(
gua gak baca, cuma kocak aja cit liat denah nya :D wkwk parah banget "Pak X" itu satpam baru kita, klo gak salah namanya Pak Yusuf :/
BalasHapusHihi, perpisahannya memang menyenangkan, loh :D
BalasHapusOh, jadi namanya Pak Yusuf, aku lupa.. gatau, haha. oke nanti diganti