Cerbung

Saya: Hei, hei.. gimana? Kalian sudah lama kan menantikan karya saya? >,<
Responder: Tidaaaaaakkkkk…..
Saya: Eh, gimana sih? Ini juga sudah berjuang keras, masa kalian jahat sekali.
Responder: Memang (dengan sok angkuh)
Saya: -______- Baiklah, lebih baik saya berhenti saja menulis
Responder: Setuju!!!
SAYA: JADI KALIAN MEMANG TIDAK MAU SAYA MENULIS?
Responder: Iya (memeletkan lidah)
Saya: Astaghfirullah, Ya Allah…. Tolonglah hamba-Mu ini, berilah kesabaran untuk menghadapi cobaan seperti ini T-T
Responder: ga usah sok deh
Saya: Hah!??? (%$#@) <
Responder: hahaha (tertawa penuh kemenangan)

Saya: -_______________- Baiklah, saya gak akan nulis lagi
Responder: Bagus kalo gitu
Saya: T,T
Responder: dasar cengeng


Saya: enak aja, siapa yang cengeng?!!
Responder: Yang nanya -,-

Saya: -____- (marah luar biasa)
Responder: ….


Saya: Pergi sana, pergi!!!
Responder is offline

Loh? Kok jadi kayak chat di fesbuk gini? Maafkan monolog gila diatas, jika anda berkenan… silahkan lanjutkan membaca tulisan saya kebawah, jika tidak.. lebih baik pergi dari sini sekarang jugaaa! Terimakasih


POV:Nuraini Maghfira
Aku merengut kesal, “huh, payah…”. Anak lelaki didepanku itu diam sesaat, tetap terfokus pada jalanan di depannya. “Kau kan tau, aku mesti bantu-bantu ibu untuk pengajian 100 hari almarhum kakek”, suaranya samar-samar terpadu suara angin, namun kesedihannya sangat jelas di telingaku, Ya harusnya aku memaklumi itu.
Tiba-tiba, sebuah sepeda motor melaju kencang melewati sepeda kami, aku hanya berkeluh kesal sambil memperhatikan penumpang di motor itu, mataku langsung terfokus pada suatu benda yang dipegangnya. Ya, itu pisau, PISAU! Mata pisau itu berkilat-kilat tertimpa cahaya matahari ditengah daerah perkebunan yang asri dan hijau ini. Aku bisa melihatnya dengan sangat jelas, mata pisau itu diarahkan ke pinggang sang pengemudi motor. Kontan, aku langsung berteriak pada orang didepanku ini, “KEJAR!! KEJAAR MOTOR ITU SEKARANG JUGA!”.
“Hei, buat apa?”, jawabnya sambil sedikit mencoba mempercepat laju sepeda.
“Ini penting, Zarfan! Menyangkut hidup mati umat manusia!”, kataku agak hiperbola karena cemas dan takut tak karuan.
“Kau bodoh ya, ini sepeda, mana mungkin bisa ngejar motor ngebut itu!”
“Zarfan, jangan rewel dulu deh, ini daerah perkebunan semua terlihat jelas apalagi kita dari atas menuju ke bawah. Pokoknya ikutin motor itu!”, rasanya ingin sekali aku yang mengayuh sepeda itu dan menyuruh Zarfan dibelakang, tapi, mana mungkin?
Aku tak melepaskan pandanganku sama sekali kearah motor yang memang sudah agak jauh itu. Aku tak akan putus semangat, aku.. harus menjunjung tinggi KEADILAN!

#BERSAMBUNG
Aaah.. sampe sini dulu aja deh, mau coba bikin cerita bersambung. Maaf ya, dikit banget, gak guna deh. Mending gak usah dibaca.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Korean Reality Show "The Devil's Plan 2"

SELADA (8.2 SMPN 9 Bekasi)

Cerpen;Kalung Ajaib